JAKARTA - Perkembangan Perbankan Syariah Di indonesia Masih terdapat Sejumlah tantangan, dengan literasi keuangan syariah yang masih sangat rendah, yaitu baru 8,93 Dan memiliki modal inti di bawah Rp2 triliun dari total 14 bank umum syariah per Desember 2020.
Hal itu dikatakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut masih terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi oleh perbankan syariah di Indonesia.
Dilansir CNNIndonesia.com
Deputi Direktur Pengembangan Perbankan Syariah OJK Farid Faletehan dalam acara Anugerah Adinata Syariah 2022, Kamis (14/4) menyebut literasi keuangan syariah masih sangat rendah, yaitu baru 8,93 persen.
Literasi itu jauh tertinggal dari literasi keuangan secara nasional yang sebesar 38,03 persen. Sementara, untuk indeks inklusi keuangan syariah juga masih tertinggal di posisi 9,1 persen dibandingkan dengan inklusi keuangan nasional 76,19 persen.
Literasi itu jauh tertinggal dari literasi keuangan secara nasional yang sebesar 38,03 persen. Sementara, untuk indeks inklusi keuangan syariah juga masih tertinggal di posisi 9,1 persen dibandingkan dengan inklusi keuangan nasional 76,19 persen.
"Jadi sebenarnya pemahaman masyarakat tentang perbankan syariah masih kecil," sambungnya.
Tantangan kedua, permodalan. Saat ini terdapat enam bank syariah yang memiliki modal inti di bawah Rp2 triliun dari total 14 bank umum syariah per Desember 2020.
Oleh karena itu, menurut Farid minimnya modal ini menimbulkan tantangan baru, yakni persaingan yang semakin ketat. Sehingga perbankan syariah harus memiliki produk yang inovatif serta modal yang kuat.
Ia menuturkan di Indonesia ekosistem keuangan syariah memang besar sekali. Namun untuk pengembangan industri produk syariah masih banyak dibiayai bank konvensional.
"Mungkin ke depan ada kebijakan kalau industri halal paling tidak harus mengakses lembaga keuangan syariah," tandas Farid.
Red
Sumber : CNNindonesia.com